KELAHIRAN MUHAMMAD S.A.W
Tanggal
Kelahiran Muhammad s.a.w.
Pada tanggal 20 April 571 M, bertepatan
dengan 11 Rabi’ul Awwal tahun dimana bangsa Ethiopia menyerang Makkah untuk
meruntuhkan Ka’bah, lahirlah seorang pemimpin besar, Nabi Muhammad s.a.w.
Keadaan
Keluarga Muhammad s.a.w
Ia lahir dari keluarga yang miskin
harta, tapi kaya budi. Ayahnya ialah Abdullah bin Abdul Muttolib bin Hisyam bin
Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab, ia dari kalangan suku Quraisy yang berpengaruh
dan berkuasa di Makkah. Ibunya ialah Aminah binti Wahab, bin Abdi Manaf juga
keturunan Quraisy. Ia adalah seorang yatim piatu, ayahnya wafat sebelum ia
lahir, dan ibunya wafat dikala ia masih berusia 6 tahun. Ia dipelihara oleh
kakeknya seorang pemimpin Quraisy Abdul Muttolib.
Pengasuh-pengasuh
Muhammas.s.a.w
Akan tetapi dikala ia berumur sembilah
tahun kakenya itu wafat, kemudian ia diasuh oleh pamannya yaitu Abu Tolib.
Sejak kecil ia diasuh dan disusui oleh Halimah dari suku Sa’diyah.
Mengembala
Kambing
Setelah kakeknya Abdul Muttolib wafat,
Muhammad mengembala kambing di Makkah, dan sesudah itu ia berniaga ke Syam
(Siria). Usahanya yang demikian itu menimbulkan sifat-sifat berani dan satria
yang layak bagi seorang saudagar dikala itu, untuk menjaga harta benda dan
membela jiwa raganya, kalau kafilahnya diserang oleh orang Baduwi ditengah
jalan. Ia dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur, sehingga mendapatkan
gelar ‘Al-Amin’ (yang jujur dan benar).
Dari perniagaan itu ia kenal dengan
Khadidjah binti Khuwailid, janda dari seorang bangsawan di Makkah. Ia memberi
Muhammad modal untuk berniaga.
Adapun Khadidjah ini adalah seorang
wanita hartawan dan seorang yang teramat mulia diantara sekian wanita Quraisy,
bangsawan dan dari keluarga mulia. Kemudian Muhammad kawin dengan Khadidjah,
pada usia 25 tahun, sedangkan Khadidjah berusia 40 tahun. Dari perkawinannya
dengan Khadidjah mendapatkan keturunan 6 orang putera dan puteri.
PENGANGKATAN MUHAMMAD SEBAGAI RASUL
Wahyu
Pertama
Semenjak kecil Muhammad gemar sekali
menyendiri. Ia tidak pernah mengikuti orang Quraisy yang lain menyembah
berhala, minum arak dan judi. Ia suka ber khalwat melakukan ibadah di gua Hira’
di luar kota Makkah.
Pada suatu hari ketika Muhammad
berkhalwat (menyendiri) menenangkan hati di gua Hira’, tiba-tiba turunlah
Jibril (malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para nabi) ke tempat itu, lalu
berkata: “اقرأ (bacalah)” Muhammad menjawab: “مَا أَنَا بِقَارِئٍ’ (aku tidak bisa membaca)”, sampai tiga kali, lalu Jibril
membacakan:
“اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الذِي خَلَقَ، خَلَقَ
الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ الذِيْ عَلَّمَ
بِالقَلَمِ، عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ. (العلق: 1-5)
Wahyu
Kedua
Beberapa hari lamanya wahyu itu
terputus datangnya, kemudian turunlah wahyu yang kedua ini memerintahkan kepada
nabi Muhammad supaya menyeru manusia kepada Islam; يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ (Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu
mengajarlah).
Maka turunnya ayat ini Muhammad memulai
berdakwah kepada islam secara tersembunyi, menyeru manusia untuk beriman kepada
Allah Tuhan Yang Maha Esa, menganut agama tauhid. Pada permulaannya seruan ini
hanya dianut oleh kaum kerabatnya saja, seperti isterinya Khadidjah, anak
pamannya Ali bin Abi Talib. Kemudian beberapa orang pemimpin suku Quraisy,
diantaranya Abu Bakar, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash
dan Abdurrahman bin ‘Auf.
TEKANAN DARI PARA PEMBESAR QURAISY
Kekhawatiran
Para Pembesar Quraisy akan kehilangan kedudukan
Sesungguhnya tidaklah akan timbul
kebencian dan aniaya kaum Quraisy atas diri Muhammad, kalau ia hanya bertindak
semata-mata untuk memperbaiki budi pekerti dan pergaulan hidup mereka saja, dan
tidak menyinggung soal berhala. Tersinggungnya soal berhala ini
menyebabkan orang Quraisy merasa takut atas keselamatan harta bendanya, karena
kemegahan dan kemewahan mereka yang erat hubungannya dengan pemujaan terhadap
berhala, oleh karena itu dakwah nabi yang hendak menghancurkan berhala, membuat
para pembesar Quraisy yang tidak beriman bersekutu untuk memberikan tekanan
kepada Muhammad dan para pengikutnya. Diantara pemuka Quraisy yang sangat membencinya
ialah Abu Lahab dan Abu Jahal, paman nabi sendiri.
HIJRAH PERTAMA
Hijrah
ke Habasyah (Ethiopia)
Ketika tekanan dari para pemuka Quraisy
atas Nabi dan para pengikutnya makin besar, mereka tidak tahan lagi tinggal di
Makkah, mereka diperintahkan oleh Nabi hijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia).
Meskipun penduduknya menganut agama Kristen, tetapi Nabi mengetahui bahwa
Negusnya (rajanya) suka menerima para pedangang dan pengungsi, dan pengetahuan
agamanya juga luas. Maka kurang lebih 100 orang hijrah ke Habasyah, dan tak
lama kemudian mereka kembali pulang ke Makkah.
HIJRAH KE MADINAH
Penduduk
Yatsrib Memeluk Islam
Peluang musim haji (ziarah Ka’bah)
dipergunakan Nabi untuk menyiarkan da’wahnya kepada orang-orang yang datang
mengerjakan haji. Dengan demikian, beberapa penduduk Yatsrib memeluk Islam,
yang kemudian mereka menyiarkan Islam di negeri mereka.
Pada musim haji berikutnya jumlah
mereka semakin bertambah, pada yang kedua ini berjumlah 70 orang laki-laki dan
2 orang wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memohon agar Nabi Muhammad
s.a.w. sudi pindah ke negeri mereka, dan berjanji akan membela dan memberi
perlindungan atas diri Nabi. Permohonan orang-orang Yatsrib ini diketahui oleh
Nabi dan menyuruh para sahabatnya untuk berangkat terlebih dahulu kesana.
Tidak heran kalau permohonan ini
diterima nabi, karena beliau telah kehilangan dua orang yang melindunginya,
yaitu Khadidjah isterinya dan Abu Talib pamannya. Kedua orang pembela ini telah
mendahului menemui Tuhannya. Sepeninggal keduanya ancaman dan tekanan atas Nabi
semakin banyak dan kuat, sehingga pada suatu saat ia datang ke Taif dengan
tujuan mencari perlindungan, tapi penduduk Taif justru mengancamnya.
Begitu rencana nabi untuk Hijrah
tercium oleh para pemuka Quraisy, mereka sepakat untuk membunuh Nabi Muhammad
s.a.w. Namun berkat perlindungan Allah Yang Maha Kuasa, Nabi Muhammad dan
sahabatnya Abu Bakar Siddiq bisa keluar dari Makkah pada malam hari dengan
selamat, sedang Ali bin Abi Talib tinggal tidur di atas tempat tidur
Nabi.
Yatsrib
menjadi Madinah Al-Munawwarah
Sejak nabi hijrah ke Yatsrib, kota itu
dinamai Madinaturrasul (Kota Rasul). Kemudian disebut Madinah atau al-Madinah
al-Munawwarah (kota yang bercayaha).
Sesungguhnya da’wah Rasul menyeru
manusia memeluk agama Islam disambut dengan gembira oleh warga Yatsrib, Aus dan
Khazraj, yaitu dua diantara kabilah Arab yang terkenal dengan kegagahan dan
keberaniannya.
Hari hijrahnya Rasulullah dan para
sahabatnya (16 Juli 622 M) dipandang sebagai permulaan zaman baru, zaman yang
membentangkan peluang pengembangan agama Islam dan kaum muslimin. Oleh karena
demikian maka ia dijadikan sebagai awal perhitungan tahun qamariah dengan nama
‘Tauh Hijrah’. Yang pertama kali menggunakannya ialah Khalifah Umar bin Khattab
r.a.
NEGARA ISLAM DI MADINAH
Muhajirin
dan Anshar sebagai perisai Islam
Setelah da’wah Islam telah menyeluruh
di kota Madinah, tidak lama kemudian para tonggak pembela agama Islam sudah
banyak, mereka senantiasa siap sedia mengorbankan apa saja untuk membela Nabi
dan agamanya. Sementara itu beliau mulai mengatur kota Madinah. Beliau dirikan
sebuah masjid raya tempat mengerjakan syari’at agama dan untuk menyemarakkan
syi’arnya. Warga Yatsrib berhasil beliau satukan yang diikat dengan tali
cinta-kasih. Kaum yang menyambut hijrahnya Nabi dan para sahabatnya ini
dinamakan dengan ‘Al-Anshar” (Penolong).
Antara orang Muhajirin (sahabat-sahabat
yang pindah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar diberikan oleh nabi hak
yang sama. Muhajirin dan Anshar menjadi tiang pancang perkembangan Islam, sendi
kebesaran dan keagungannya.
Nabi melarang penduduk Madinah
melakukan penumpahan darah dan balas dendam seperti yang terdapat pada zaman
jahiliah. Nabi menyuruh mereka datang meminta keputusan kepadanya dalam segala
perselisihan yang terjadi diantara mereka. Dengan demikian Nabi Muhammad s.a.w.
telah meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam. Demikianlah Nabi senantiasa
menganjurkan semangat persaudaraan, mengasihi anak-anak yatim, perempuan
janda, hamba sahaya dan perbuatan membangun peri kemanusiaan yang sejati.
PERSIAPAN MENGHADAPI PENDUDUK MAKKAH
Setelah Nabi Muhammad s.a.w. selesai
mengatur kota Madinah, Nabi memulai menyiapkan pertahanan untuk membela
mempertahankan kota Madinah dari serangan orang Makkah (Quraisy), yang selalu
berusaha membalas dendam kepada warga Yatsrib yang telah berani melindungi Nabi
Muhammad s.a.w. dan sahabat-sahabatnya. Nabi memimpin sendiri tentara yang
dibentuknya. Nabi sendiri terjun langsung dalam kancah peperangan yang berbuah
tersebarnya agama Islam di semenanjung Arabia.
PEPERANGAN MEMBELA ISLAM
Peperangan antara kaum musyrik yang
hendak menghancurkan Islam dan pasukan kaum muslimin yang mempertahankan Islam
kerap terjadi, diantara peperangan disertai oleh Rasulullah s.a.w. yang biasa
dinamakan dengan Ghazwah dan sebagian peperangan tidak disertai Rasulullah
.s.a.w. yang biasa dinamakan dengan Sariyah.
Diantara peristiwa penting yang
disertai Rasulullah s.a.w. ialah:
- Ghazwah Badar Kubra
- Ghazwah Uhud
- Ghazwah Khandaq
- Ghazwah Hudaibiyah
- Ghazwah Muktah
- Fathu Makkah
- Ghazwah Tabuk
- Haji Wada’
Perang
Badar (Badar Kubra)
Peperangan ini terjadi dalam bulan
Ramadhan pada tahun kedua Hijrah, antara kaum muslimin dengan musyrikin
Quraisy, di suatu tempat bernama Badar antara Makkah dan Madinah, yang disitu
terdapat pasar yang diramaikan setahun sekali.
Adapun sebabnya ialah, bahwa nabi
Muhammad s.a.w. memutuskan hendak merintangi perniagaan orang Quraisy ke negeri
Syam guna melemahkan kekuatan mereka, sebagai imbangan perbuatan mereka
menghalangi ummat Islam mengerjakan ibadah haji ke Baitul Haram di Makkah.
Namun ketika beberapa sahabat sampai di tempat yang akan dilewati oleh kafilah
Abu Sufyan mereka telah berlalu. Maka nabi memerintahkan beberapa orang sahabat
untuk menghadang kafilah-kafilah Quraisy setelah pulang dari Syam.
Abu Sufyan mendengar berita akan
keluarnya orang-orang Islam, maka ia memberi kabar ke Makkah, orang-orang
Makkah juga keluar memenuhi panggilan, jumlah mereka antara 900 – 1000 orang.
Mereka hendak menuju Badr dan bermalam disana.
Sebaliknya pihak muslimin juga menuju
mata air Badr, atas usul sahabat Hubab untuk membuat kolam di mata air itu dan
sumur kering lainnya ditimbun, sehingga orang-orang Quraisy tidak mendapatkan
air.
Ditempat ini Aswad bin Abil Asad hendak
menerobos muslimin untuk menuju kolam, tapi ditebas oleh Hamzah, orang Quraisy
mengajukan perang tanding, maka Hamzah, Ali dan Ubaida maju dihadapi utusan
Quraisy, Hamzah menghadapi Syaiba, Ali menghadapi Walid dan Ubaida menghadapi
Utba. Ketiga orang Quraisy mati terbunuh, ketika itu sekalian orang Quraisy maju
menyerang muslimin.
Maka terjadilah pertempuran sengit
antara ummat Islam dengan kafir Quraisy. Laskar muslimin dipimpin langsung oleh
Rasulullah s.a.w. Pertempuran ini dikenal dengan perang Badar.
Pengaruh
Perang Badar
Jumlah pasukan Islam ketika itu hanya
316 orang, sedangkan orang Quraisy berjumlah 1000 orang. Namun berkat
keberanian dan kesabaran tentara Islam dalam menghadapi kematian karena
mengharap ridha Allah semata, mereka mendapatkan kemenangan yang besar. Dari
pasukan Islam mati syahid sebanyak 14 orang, sedangkan dari pihak musyrikin
Quraisy meninggal 70 orang, termasuk para pembesar Quraisy diantaranya Abu
Jahal paman Rasulullah s.a.w.
Kemenangan pada peperangan inilah yang
berpengaruh besar pada kejayaan Islam berikutnya, sehingga banyak orang Arab
yang memeluk Islam.
Adapun tawanan perang dibagi menjadi
dua bagian, orang-orang yang kaya dan yang miskin. Orang yang kaya boleh
ditebus oleh keluarganya dengan harta benda, dan orang miskin disuruh
mengajarkan membaca dan tulis kepada masing-masing 10 anak muslim Madinah.
Perang
Uhud
Peperangan ini terjadi pada tahun
ketiga Hijrah, dekat bukit Uhud di sebelah Timur Laut kota Madinah.
Sebabnya ialah karena orang Quraisy
hendak menuntut balas atas kekalahan mereka dalam perang Badar. Tiga ribu orang
tentara musyrik Quraisy berhadapan dengan tujuh ratus orang laskar Islam. Pada
permulaan pertempuran orang Islam memperoleh kemenangan. Tetapi kemudian
diantara mereka melanggar aturan perang yang diperintahkan oleh Nabi, yaitu
turunnya 50 pemanah dari bukit setelah melihat kemenangan berada ditangan
muslimin. Kosongnya bukit dari pemanah itulah yang memberanikan orang Quraisy
menyerbu muslimin. Tentara Islam yang gugur sebanyak 70 orang, diantaranya
adalah Hamzah paman Nabi dan salah satu tonggak perjuangan Islam. Nabi juga
mendapat luka dalam pertempuran itu dan jatuh dalam lubang yang disiapkan oleh
musuh.
Sementara itu orang musyrik bersorak
bahwa Nabi telah terbunuh. Maka terjadilah kekacauan dalam barisan ummat Islam.
Akan tetapi pihak tentara Quraisy juga banyak yang mati. Kemudian mereka kemali
ke Makkah karena mereka merasa telah puas telah membalas atas kekalahan mereka
pada perang Badar.
Perang
Khandaq
Setelah terusirnya Bani Qainuqa’ dan
Bani Nadhir, maka permusuhan orang Yahudi atas orang Islam semakin luas, mereka
menghasut orang Quraisy untuk turut menyerang muslimin di Madinah.
Mereka yang akan menyerang muslimin
terdiri dari beberapa kelompok maka mereka diberi nama dengan Ahzab, dari pihak
Quraisy 4000 prajurit, 300 orang berkuda dan 1500 orang dengan unta. Mereka
dipimpin oleh Abu Sufyan. Banu Fajara dipimpin oleh Uyaina bin Hishn dengan
pasukan besar dan 100 unta. Banu Asyja 400 prajurit dipimpin oleh Al-Harits bin
Auf dan Banu Murra 400 prajurit dipimpin oleh Mis’ar bin Rukhaila, Sulaim dengan
700 prajurit. Bergabung pula Bani Sa’d dan Asad. Sehingga jumlah mereka
mencapai 10000 orang. Mereka berangkat ke Madinah dipimpin oleh Abu Sufyan.
Dalam perang ini orang Islam
memperlihatkan kemahirannya tentang membuat pertahanan. Mereka menggali lobang
perang (khandaq) di sekeliling kota Madinah dan disanalah mereka bertahan.
Orang-orang Quraisy sangat terkejut
menemukan bentuk pertahanan yang belum mereka kenal yaitu dengan Khandaq,
mereka mengepung kota Madinah kurang lebih 20 hari. Kemudian timbullah
perselisihan dalam barisan musuh yang mengepung itu, karena lamanya masa
pengepungan. Namun peperangan harus dilanjutkan, pasukan Musyrikin dibagi
menjadi tiga: sebuah pasukan dibawah pimpinan Ibnul A’war Assulami dari jurusan
sebelah atas lembah, satu pasukan dipimpin oleh Uyayna bin Hishn dari samping,
dan satu pasukan dipimpin oleh Abu Sufyan di jurusan parit.
Beberapa orang yang menebus parit
banyak menemui ajal dan yang lain lari tunggang langgang, perselisihan terjadi
antara beberapa kelompok.
Dimalam harinya angin topan bertiup
kencang sekali, disertai oleh hujan yang turun dengan lebat, diselingi oleh
halilintar yang saling sambung-menyambung. Akhirnya mereka terpaksa pulang
kembali ke Makkah dengan kecewa, dengan membawa perbekalan seringan mungkin.
Kemenangan kembali dapat diraih oleh kaum muslimin.
Perang
Hudaibiyah
Sesungguhnya kegagalan penyerangan
orang Quraisy dan sekutunya ini, besar sekali pengaruhnya dan mempercepat
tersiarnya agama Islam di jazirah Arab.
Kemudian pada tahun keenam Hijrah,
keluarlah Nabi dengan membawa 1.400 ummat Islam menuju Makkah, dengan maksud
hendak mengerjakan umrah, yaitu menziarahi Baitul Haram di luar musim haji. Di
tengah jalan menjelang Makkah Nabi bertemu dengan barisan orang Quraisy, maka
terjadilah perundingan antara kedua belah pihak. Orang Quraisy takut akan
pembalasan ummat Islam, oleh karena itu mereka minta berdamai. Akhirnya
terjadilah perjanjian tidak saling serang antara kedua belah pihak, dalam masa
sepuluh tahun lamanya. Perjanjian ini dinekal dengan nama ‘Perjanjian
Hudaibiyah’.
Seruan
Kepada Para Raja
Dakwah Nabi Muhammad s.a.w. menyeru
manusia masuk Islam tidak hanya di tanah Arab saja, melainkan meliputi ke
sekalian negeri sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an dan Hadits:
تَبَارَكَ الذِيْ نَزَّلَ الفُرْقَانَ عَلَى
عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا
Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah
menurunkan Qur’an kepada hamba-Nya agar dia menjadi pengajar bagi semesta alam.
أَلاَ إِنِّي لَرَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ
خَاصَّةً وَلِلنَاسِ كَافَّةً
Artinya: Ketahuilah, aku ini Rasul
Tuhan kepadamu khususnya dan kepada sekalian manusis umumnya.
Oleh karena demikian, peluang
perjanjian genjatan senjata dengan orang Quraisy dipergunakan oleh rasulullah
dengan sebaik-baiknya. Dalam tahun keenam dan ketujuh Hijrah, Nabi mengirimkan
surat-surat dan utusan kepada para raja dan para amir, menyeru mereka memeluk
agama Islam.
Surat-surat Rasulullah s.a.w. tersebut
dikirmkan kepada:
- Negus Ethiopia Ashamah bin Abjar, dibawa oleh Ja’far bin Abi Talib.
- Gubernur Romawi di Mesir Mukaukis , dibawa oleh Hatib bin Abi Balta’ah.
- Kisra Persia Khorsu II, dibawa oleh Abdullah bin Hadzafah as-Sahami.
- Kaisar Romawi Heraklius, dibawa oleh Dahyah bin Khalifah al-Kalbi.
- penguasa Bahrain Al-Mundzir bin Sawi , dibawa oleh al-‘Ala’ bin al-Hadramy.
- Pemimpin Yamamah Hudzah bin Ali , dibawa oleh Salit bin Amru al-Amiry.
- Penguasa Damaskus Harits bin Abi Syamr al-Ghassani, dibawa oleh Syuja’ bin Wahab dari Bani Asad.
- Raja Oman Jaifar dan saudaranya Abdu Ibnil-Jalnadi, dibawa oleh Amru bin al-Ash.
Nabi
meramalkan kematian Kisra Persia
Seruan Dakwah Nabi kepada para Raja dan
Amir untuk memeluk Islam diterima dengan baik oleh sebagian pemimpin, seperti
Mukaukis Gubernur Mesir, dan ada pula yang diterima dengan cemooh dan hinaan
oleh yang lain, seperti oleh Kisra Persia (Khorsu II) yang mengoyak-ngoyak
surat Nabi itu dengan sombongnya. Bahkan untuk menambah kecongkakan dan
takaburnya, diperintahkan pula kepada gubernurnya di Yaman, yang bernama Bazan,
untuk mengirimkan dua orang utusan untuk menceriterakan perbuatannya yang
rendah itu kepada Nabi. Kepada kedua utusan itu Nabi menegaskan bahwa dalam
masa tidak berapa lama lagi Kisranya akan mati dibunuh orang, dan kerajaannya
akan robek-robek sebagaimana ia merobek surat Nabi kepadanya.
Setelah kedua utusan itu kembali,
kemudian kedua utusan itu bercerita tentang ramalan Nabi Muhammad s.a.w. akan
nasib Persia. Kebetulan tidak lama kemudian datang berita kepada Bazan
mengabarkan bahwa Kisra telah mati dibunuh orang, maka berimanlah Bazan serta
pengikut-pengikutnya kepada Nabi dan merekapun lalu memeluk agama Islam.
Dan sekalian para raja dan penguasa
mendapatkan nasib mereka dan kerajaan mereka sebagaimana ia menerima surat
Rasulullah s.a.w.
Perang
Muktah
Rasulullah s.a.w. juga mengirimkan
surat kepada para kepala suku Arab, yang umumnya memeluk agama Nasrani dan
berdiam dekat perbatasan Siria yang takluk dibawah kekuasaan Roma, untuk
menyeru mereka memeluk agama Islam. Tetapi utusan Nabi tersebut justru dibunuh,
maka pada tahun 8 H. Nabi mengerahkan tiga ribu orang balatentara dibawah
kepemimpinan Panglima Zaid bin Haritsah. Angkatan ini berhadapan dengan laskar
Heraklius yang terdiri dari bangsa Romawi dan Arab, dan terjadilah pertempuran
di desa Muktah, yang berbatasan dengan Siria. Dalam pertempuran ini Zaid gugur,
kemudian kepemimpinan diserahkan kepada dua orang, yaitu panglima Abdullah bin
Rawahah dan Ja’far bin Abi Talib. Setelah kedua pemimpin ini gugur pula, ummat
Islam memilih Khalid bin Walid menjadi panglima. Dibawah kepemimpinan Khalid
bin Walid inilah laskar Islam ditarik mundur dengan teratur, sebab kekuatan
musuh amat besar. Dan kemudian dari Panglima Khalid membawa tentaranya pulang
ke Madinah. Dan tentara Romawi tidak sanggup mengejarnya.
Khalid
bergelar “Saifullah”
Sewaktu pertempuran di Muktah itu
turunlah wahyu kepada Nabi memceriterakan jalannya pertempuran dan
pahlawan-pahlawan yang telah gugur. Kemudian Nabi menaiki mimbar lalu berpidato
menerangkan suasana pertempuran dan keguguran ketiga pahlawan itu: Zaid, Abdullah
dan Ja’far, kemudian ‘ujar Nabi lebih lanjut’ bendera Islam dipegang oleh
Saifullah (pedang Tuhan) Khalid bin Walid. Demikianlah, sejak itu Khalid
bergelar ‘Saifullah’.
Fathu
Makkah
Warga Makkah telah mengadakan
perjanjian damai yang mereka ikat dengan Nabi pada tahun 6 H. Mereka menyerang
suku-suku yang bersahabat dengan ummat Islam. Suku-suku itu lalu meminta
pertolongan kepada Nabi. Permintaan itu segera Nabi tanggapi. Demikianlah, pada
tahun 8 H. Nabi mengerahkan 12.000 ummat Islam menuju Makkah.
Memusnahkan
Berhala
Ketika orang Makkah mengetahui
kedatangan tentara Islam itu, maka para pemimpin mereka menyerahkan diri,
dikepalai oleh Abu Sofyan. Kedatangan Abu Sufyan diterima oleh Nabi dengan
segala kehormatan, dan ummat Islampun lalu memasuki kota Makkah dengan tanpa
pertumpahan darah. Kemudian Nabi memerintahkan para pengikutnya untuk
memusnahkan berhala-berhala dari sekeliling Ka’bah, dan Nabi mengucapkan:
“Katakanlah, telah datang yang benar dan telah musnah yang batil, yang batil
itu pasti punah”.
Sesungguhnya diantara sebab-sebab yang
memudahkan penaklukan Makkah, ialah karena masuk Islamnya Khalid bin Walid dan
‘Amru bin ‘Ash, dua orang panglima Arab yang ternama.
Pemberian
Maaf
Sekalipun Nabi Muhammad s.a.w. memasuki
kota Makkah bagai seorang panglima yang menang, namun Nabi tetap memberi ma’af
kepada warga Makkah yang dahulunya menganiaya Nabi dan sahabat-sahabatnya.
Setelah selesai pembebasan Makkah,
datanglah utusan suku-suku dari berbagai penjuru negeri Arab menghadap Nabi dan
merekapun berduyun-duyun memasuki agama Islam, sehingga kalimat Allah kuat dan
jaya.
Perang
Tabuk
Perang Tabuk adalah peperangan
Rasulullah s.a.w. yang terakhir. Sebab dari perang ini adalah sampainya berita
kepada Rasulullah s.a.w. bahwa orang Roma telah bersiap lengkap di perbatasan
Palestina dan hendak menyerang ummat Islam. Dalam angkatan perang Roma itu
terdapat beberapa suku Arab.
Untuk menghadapi musuh itu Rasulullah
s.a.w. menyerukan jihad kepada ummat Islam dan Rasulullah pun keluar bersama
angkatan perangnya menuju Syam. Setelah rasulullah tiba di Tabuk yaitu suatu
tempat antara Madinah dan Palestina, berhentilah Rasulullah untuk beberapa hari
dan mengikat perdamaian dan persahabatan dengan penduduknya. Kemudian datanglah
utusan dari Aylah (di pesisir laut Kaizun) dan dari tempat yang lainnya
mengikat perdamaian dengan Rasulullah. Sementara itu Khalid bin Walid membawa
sebagian tentara Islam ke Dumatul Jandal dan menaklukkan daerah itu. Kemudian
Rasulullah pulang ke Madinah. Perang Tabuk ini adalah perang yang terakhir di
zaman Nabi.
HAJI WADA’
Haji
Terakhir
Pada tahun 10 H, Nabi keluar beserta
100.000 kaum muslimin melakukan ibadah haji. Khutbah Nabi di dekat bukit Arafah
menjadi pusaka abadi bagi ummat Islam. Dalam khutbah itu Nabi menyatakan
landasan-landasan dan peraturan-peraturan agama Islam, serta menyerukan
persamaan diantara sesama manusia. Nabi bersabda: “Hai sekalian manusia,
ketahuilah bahwasannya Tuhanmu Satu dan bapakmu satu. Kamu sekalian adalah
turunan Adam dan Adam dijadikan dari tanah. Sesungguhnya orang yang teramat
mulia di sisi Allah ialah orang yang teramat takwa kepada-Nya. Tak ada
keutamaan bagi bangsa Arab atas bangsa ‘ajam (selain Arab), kecuali hanya
dengan takwa”.
Ketika itu turunlah wahyu yang
terakhir: “
“اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْنًا”
Artinya: “Hari ini telah Kami
sempurnakan bagimu agamamu dan telah Kami cukupkan ni’mat Kami atasmu dan Kami
nyatakan keridhaan Kami bagimu Islam menjadi agamamu”.
Haji kali ini diberi nama ‘Haji Wada’
(Perpisahan) karena inilah ibadah hari Rasulullah yang terakhir, dan dengan
demikian sempurnalah kerasulan Muhammad s.a.w. kepada ummat manusia.
WAFATNYA RASULULLAH
Belum genap tiga bulan sesudah haji
wada’ itu, rasulullah sakit, dan pada hari Senin 13 Rabi’ul Awwal 11 H.
bertepatan dengan 8 Juli 632 M. rasulullah berpulang ke rahmatullah dalam usia
63 tahun; sesudah sempurna beliau menyampaikan kerasulan beliau dan sesudah
beliau mempersatukan bangsa Arab yang terdiri dari suku-suku yang selama ini
hidup bermusuh-musuhan. Semenjak itu ummat Arab bersatu-padu laksana suatu
bangunan yang kokoh, yang sukar dapat dirobohkan.
SIFAT-SIFAT NABI MUHAMMAD
Sifat-sifat
mulia yang terhimpun dalam diri Nabi
Adapun Nabi Muhammad s.a.w. itu,
mempunyai sifat-sifat yang maha terpuji. Pada diri beliau berhimpun pula yang
baik dan budi yang mulia, segala akhlak yang terpuji menjadi hiasan dalam diri
beliau. Beliau adalah lubuk akal lautan budi lagi halus bertutur kata. Fikiran
beliau cerdas dan cemerlang. Tutur kata beliau ringkas dan hikmat. Cepat
berpikir, tangkas dan apabila beliau ditanya tentang suatu masalah, dengan
segera beliau dapat menjawabnya dan jawaban itu disertai dengan adab dan
sopan-santun. Selain itu beliau juga ahli politik yang bijaksana. Batin beliau
suci murni, dan mengetahui akan hakekat pekerjaan. Beliau lurus dan jujur,
mulia budi lagi satria, senantiasa terjauh dari kesalahan. Beliau penyantun dan
penyayang, mempunyai neraca keadilan.
Ringkasnya, segala sifat yang mulia
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang pilihan, terkumpul pada diri
beliau.
Sesungguhnya tepat sekali ayat Qur’an
yang menyatakan kelebihan sifat Rasulullah yaitu firman Allah: “Wainnaka la’ala
Khuluqin ‘Adzim”. Artinya: “Sesungguhnya engkau ya Muhammad adalah budiman yang
besar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar