Bukti Masuknya Islam Di Indonesia
1. Berita Cina dari Dinasti Tang
2. Berita Jepang dari tahun 749 M
3. Batu Nisan Fatimah Binti Maimun, di Leran (Gresik) berangka tahun 475 H (1082 M)
4. Berita Marcopolo dari Venesia, ltalia
5. Makam Sultan Malik Ash Shaleh yang meningal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.
6. Berita dari MA-HUAN, 1416 M
7. Komplek Makam Tralaya, di Trowulan, Mojokerto, berangka tahun 1300-an s/d 1600-an.
Berita Cina dari Dinasti Tang
Menyatakan bahwa orang-orang Ta Shih (orang-orang Islam dari
Arab/Persia) yang mau menyerang kerajaan Ho Ling (Kalingga) pada masa
pemerintahan Ratu Sima (674 M), membatalkan niatnya, karena kerajaan
Holing masih sangat kuat.
Berita Jepang Dari Tahun 749 M
Menjelaskan bahwa di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sse Ta-Shih Kuo.
Istilah Po-sse ditafsirkan sebagai orang Melayu, sedangkan Ta-Shih
ditafsirkan sebagai orang Arab dan Persia. Bahkan banyak ahli menduga
bahwa pada abad ke-7 dan 8 di Kanfu (Kanton) sudah ada
perkampungan-perkampungan muslim.
Nisan Fatimah Binti Maimun, (1082 M)
Hal ini membuktikan bahwa pada masa Kerajaan Kediri, sebelum berdirinya
Singasari, agama Islam sudah masuk ke Pulau Jawa, walaupun belum
menyebar luas di daerah Jawa Timur.
Berita Marcopolo dari Venesia, ltalia
Marcopolo mendapat tugas dan Kaisar Cina untuk mengantar putrinya yang
dipersembahkan kepada Kaisar Romawi. Dalam perjalanan menuju Romawi,1292
dan perjalanan pulang kembali ke Cina,1297, ia singgah di Sumatera
bagian Utara. la menuliskan bahwa wilayah itu sudah ada beberapa
kerajaan Islam seperti: Lamuzi, Fansur, Barus, Perlis, Perlak, dan
Samudra Pasai. Walaupun demikian masih banyak juga wilayah yang belum
menganut agama Islam.
Makam Sultan Malik Ash Shaleh 1297 M
Baik batu nisan Fatimah Binti Maimun maupun nisan Sultan Malik Ash
Sholeh terbuat dari batu pualam dari Gujarat. Berdasarkan peninggalan
tersebut, banyak ahli menyimpulkan bahwa agama Islam di Indonesia
berasal dari Gujarat. Berdasarkan peninggalan ini juga dapat disimpulkan
bahwa untuk pertama kalinya muncul seorang raja yang beragama Islam
dengan gelar “sultan”.
Berita dari MA-HUAN, 1416 M
Ma - Huan adalah seorang penulis yang mengikuti pajalanan laksamana
Cheng - Ho 1400-an, ia menuliskan bahwa sudah ada saudagar-saudagar
Islam yang bertempat tinggal di pantai utara Jawa (Gresik).
Komplek Makam Tralaya, 1300-an s/d 1600-an
Hal ini membuktikan bahwa di lbukota Majapahit, Trowulan, pada masa puncak kejayaan Majapahit, sudah ada masyarakat Islam
Saluran-Saluran Atau Cara-Cara Islamisasi
1. Melalui perdagangan
2. Melalui perkawinan
3. Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren
4. Melalui Seni Budaya
5. Melalui ajaran Tasawuf
Melalui Perdagangan
Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia dan Gujarat singgah
berbulan-bulan di Malaka dan di Indonesia. Mereka menunggu angin muson
yang berubah arah setiap 6 bulan sekali. Selama menunggu terjadilah
proses interaksi dengan masyarakat setempat, para bangsawan dan para
raja. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk menyebarkan lslam.
Melalui Perkawinan
Ada pedagang Arab, Persia dan Gujarat tinggal lama di Indonesia bahkan
menetap. Banyak diantara mereka yang menikah dengan wanita-wanita
Indonesia. Dengan perkawinan terbentuklah ikatan kekerabatan besar
beragama Islam yang merupakan awal terbentuknya masyarakat Islam. Maka
sampai sekarang di beberapa kota di Indonesia ditemukan kampung Pekojan.
Adapula pernikahan yang berlangsung pada golongan bangsawan. Misalnya :
Raden Rakhmat menikah dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan
Putri Kawungaten, Raja Brawijaya dengan Putri Ceumpa yang beragama
Islam, kemudian berputra Raden Fatah, dan lain-lain.
Melalui Pendidikan di Pondok Pesantren
Di Pondok Pesantren para santri dari berbagai daerah mendapatkan
pendidikan agama Islam. Setelah tamat mereka menyebarkan ajaran Islam.
Hal ini mendorong munculnya pondok-pondok pesantren baru, misalnya:
Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Raden Rahmat mempunyai murid
Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Bonang dan Raden Fatah. Sunan Giri
mempunyai murid Fatahillah dari Pasai, yang kelak di kenal sebagai Sunan
Gunung Jati
Melalui Seni Budaya
Seni Gamelan dan Wayang mengundang masyarakat untuk berkumpul, saat
itulah dilakukan dakwah keagamaan. Seringkali ajaran Islam diselipkan
dalam cerita-cerita wayang, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.
Pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni rupa,
kaligrafi, seni ukir dan lain-lain
Melalui ajaran Tasawuf
Tasawuf mengajarkan umat Islam agar selalu membersihkan jiwanya dan
mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kaum Sufi (penganut Tasawuf) hidup
sederhana dan sering kali memiliki keahlian yang bersifat magis. Hal ini
sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu yang banyak dipengaruhi oleh
ajaran dan budaya Hindu-Budha yang juga mengajarkan untuk memelihara
kehidupan batiniah dan bersifat magis.
Ahli-ahli tasawuf pada saat itu misalnya: Hamzah Fansuri, Nurrudin ar –
Raniri di Sumatera, Sunan Panggung di Jawa, dan lain-lain
Golongan Pembawa Dan Penerima Islam
Golongan pembawa Islam : Golongan Pedagang, Golongan Mubaligh, Golongan Sufi, dan Para Wali.
Golongan penerima Islam : Golongan Raja dan Bangsawan, Golongan
masyarakat daerah pesisir, Para Wali dan Masyarakat pedalaman lewat para
wali, yaitu:
1.Maulana Malik lbrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Drajat
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Kudus
8. Sunan Muria
9. Sunan Gunung Jati
Penyebar Islam Di Luar Jawa
Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaeman, pembawa dan penyebar Islam di
daerah Sulawesi. Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Ri Parangan,
penyebar Islam ke Kalimantan Timur. Penghulu Demak, pembawa Islam ke
daerah Banjar.
Islam mudah diterima
Syarat masuk agama Islam sangat mudah, yaitu hanya mengucapkan dua
kalimat syahadat, tidak perlu ada upacara khusus. Upacara-upacara
peribadatan dalam Islam sangat sederhana. Ajaran Islam tidak mengenal
Sistem Kasta. Islam bersifat terbuka, penyebaran Islam dapat dilakukan
oleh setiap orang Islam. Penyebaran agama Islam di Indonesia disesuaikan
dengan adat dan tradisi. Ajaran Islam berdampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat dengan adanya kewajiban membayar zakat.
Keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha, seperti
Sriwijayadan Majapahit memberikan kesempatan yang luas bagi perkembangan
Islam.SUMBER:http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2012/10/cara-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar